Tiga Program Moderasi Kemenag Diapresiasi

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Tiga program moderasi beragama yang sudah dijalankan oleh Kementerian Agama mendapat apresiasi. Ketiga program tersebut adalah review 155 buka pendidikan agama, rumah moderasi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), serta penguatan bimbingan perkawinan. 

Tiga program ini menjadi bagian dari progres program penguatan moderasi beragama yang dipaparkan Menteri Agama Fachrul Razi dalam Wabinar tentang Moderasi Beragama dalam Prioritas Nasional Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan. 

Webinar ini diinisiasi oleh Kemenko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Hadir, Sesmenko PMK Agus Sartono beserta jajarannya, Perwakilan BPIP Rima, Perwakilan Bappenas Didik Darmanto, serta Anggota Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental. Ikut mendampingi, Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen Informasi dan Komunikasi yang selama ini menggawangi program moderasi beragama di Kementerian Agama, Oman Fathurahman. 

“Moderasi beragama harus dibangun dari sekolah. Kami telah melakukan review 155 buku pelajaran. Konten yang bermuatan radikal dan eksklusivis dihilangkan,” terang Menag di Jakarta, Kamis (02/07). 

  Kemenag, lanjut Fachrul, juga memperkuat bimbingan perkawinan, tidak hanya terkait konsep pernikahan dalam Islam, tapi juga membahas persoalan kesehatan dan moderasi beragama. Harapannya, kepala keluarga bisa mengajak anggotanya dalam sikap moderat. “Presiden menggarisbawahi penguatan bimbingan perkawinan pada upaya membangun generasi sehat, kita perkuat lagi dengan moderasi beragama,” ujar Menag. 

“Di PTKIN sudah ada rumah moderasi yang juga melakukan pembinaan kepada masyarakat. Ke depan, rumah moderasi akan semakin diaktifkan. Program penceramah bersertifikat juga akan mulai dijalankan,” sambungnya.  

Program moderasi beragama lainnya yang dijalankan Kementerian Agama adalah ToT guru dan dosen, penyusunan modul pengarusutamaan Islam wasathiyah, serta madrasah ramah anak. Menag mengaku sedang mematangkan ide menggelar lomba ceramah toleransi, menulis cerita pendek tentang toleransi, hingga lomba karikatur toleransi dan kerukunan umat beragama. 

Program Kemenag ini diapresiasi Didik Darmanto dari Bappenas. Menurutnya, Kemenag punya posisi strategis dalam peningkatan kualitas pemahamanan dan pengamalan ajaran agama dalam mewujudkan harmoni sosial. “Moderasi beragama terobosan kebijakan yang sangat baik. Kami terus komunikasi dengan Kemenag dalam merumuskan Moderasi Beragama pada RPJMN 2020-2024,” ujarnya. 

Didik berharap, ke depan Kemenag dapat memperkuat kerukunan melakui FKUB dan memperluas layanan keagamaan untuk seluruh agama melalui Kantor Urusan Agama atau unit kerja lainnya. “Layanan Bimwin di KUA perlu diapresiasi. Kegiatan ini telah melibatkan juga unsur pendidikan, kesehatan masyarakat, dan bahkan pemberdayaan ekonomi. Ini perlu diperkuat,” ujarnya. 

Penguatan peran UIN dalam moderasi beragama juga diapresiasi Paulus Wirutomo dari Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolisi Mental. Menurutnya, memperkuat peran UIN sangat baik guna melahirkan intelektual keagamaan yang berpikir kritis dan ilmiah. Para tokoh semacam ini perlu dipertemukan dengan tokoh agama di akar rumput dalam forum diskusi yang produktif. “Jika keduanya bisa dipertemukan, akan sangat baik dan itu bisa dilakukan UIN. Perlu dikembangkan ruang perjumpaan. Agar bisa menyatukan,” terangnya. 

Rima dari BPIP juga mengapresiasi langkah Kemenag yang sudah mereview 155 buku dan menghadirkan rumah moderasi di PTKIN.  

Pemerintah tengah menggalakkan penguatan moderasi beragama hingga masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah (RPJMN) 2020-2024. Kementerian Agama juga telah memasukkan moderasi beragama dalam rencana strategis (renstra) pembengunan di bidang keagamaan lima tahun mendatang.(p/ab)